Hydroplus Piala Pertiwi U-14 & U-16 2025 Regional Bandung berakhir pada hari Minggu, (27/4), di Stadion Siliwangi, Bandung, Jawa Barat. Goal Aksis menjadi kampiun di kategori U-14 dan Persib meraih juara di kategori U-16. Goal Aksis menjadi Juara setelah mengalahkan Persib dengan skor tipis 1-0. Pemain dari Goal Aksis, Dian Aprilia meraih predikat Pemain Terbaik di Hydroplus Piala Pertiwi U-14 2025 Regional Bandung.
Keberhasilan Goal Aksis tidak luput dari peran sang pelatih yang merupakan salah satu pemain Timnas Wanita, yakni Zahra Naqiyyah. Pelatih yang baru saja mengambil Lisensi D pada bulan Januari lalu itu mengaku debutnya memberikan kesan tersendiri di hatinya.
“Piala Pertiwi ini merupakan debut saya sebagai pelatih setelah kemarin mengambil Lisensi D. Saat menang di final, saya terharu dan nangis ketika para orang tua dari tribun teriak ke saya “terima kasih Coach Zahra”. Itu momen yang sangat mengharukan bagi saya karena saya sendiri ingin melihat pemain-pemain saya bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya dan mengalami perkembangan yang singnifikan,” ungkap Zahra.
Kemudian, wanita yang lahir pada tanggal 11 Mei 2004 itu juga menjelaskan kunci keberhasilan Goal Aksis U-14. Ia mengaku bangga dengan timnya dan ingin membuat anak asuhnya menjadi pemain profesional di masa depan.
Mental juara yang dimiliki Zahra Naqiyyah menularkan semangat di dalam tim Goal Aksis U-14. Saat menjadi pemain, Zahra membawa Persib Putri Juara Liga 1 Putri 2019 dan membawa tim Jawa Barat juara di PON XXI Aceh-Sumut 2024.
“Saya tanamkan ke anak-anak untuk selalu menikmati pertandingan. Ikhtiar (latihan) sudah, sekarang saatnya mereka menikmati hasil latihan mereka. Saya juga selalu bilang bahwa saya percaya dengan mereka dan mereka pun harus percaya dengan kemampuan mereka masing-masing dan satu sama lain. Itu yang mungkin jadi sumber kekuatan terbesar kita, karena bonding anak-anak jadi sangat kuat antara satu sama lain dan mereka bisa selalu menikmati pertandingan. Alhamdulillah kita bisa selalu memenangkan setiap pertandingan di Pertiwi kemarin,” kata Zahra.
Ketika ditanya oleh ASBWI lebih memilih menjadi pelatih atau pemain, Zahra Naqiyyah memilih menjadi keduanya. Menurutnya, menjadi pemain & pelatih mempunyai tantangan yang berbeda. Namun ia tetap memiliki cita-cita meraih Lisensi A Pro dan bermimpi menjadi instruktur pelatih agar bisa mencetak pelatih-pelatih wanita di masa depan.
Zahra juga mengatakan, ketika ia menjadi pemain, ia hanya perlu fokus pada diri sendiri agar selalu berkembang. Beda ketika menjadi pelatih, Zahra harus memikirkan bagaimana cara anak-anak didiknya bisa berkembang, program latihan yang cocok, jersey pertandingan, hal-hal admistratif, dan lainnya. Karena tanggung jawab seorang pelatih jelas lebih besar.
“Awal mula melatih tim rasanya deg-degan banget, takut kurang diterima dengan baik sama anak-anak, dan kurang mengerti sama materi yang aku kasih. Tapi Alhamdulillah, itu hanya pikiran negatif aku pas awal aja, setelah aku beneran coba melatih ternyata anak-anak bisa menyambut aku dengan baik dan bisa paham sama apa yang aku latih,”ujar Zahra.
“Tantangan terbesar yang saya alami adalah karena saya masih kuliah, dan masih menjadi atlet juga. Jadi saya harus bisa menyeimbangkan waktu antara kuliah, latihan, dan melatih,” tutup Zahra.