Ulang Tahun ke-8, ASBWI Perkuat Organisasi Menuju Prestasi Lebih Tinggi
ASBWI – Genap 8 (delapan) tahun sudah, ASBWI (Asosiasi Sepakbola Wanita Indonesia) berdiri. Asosiasi yang merupakan ‘anak’ dari PSSI ini adalah produk yang ditargetkan oleh PSSI untuk membangkitkan Sepakbola wanita di Indonesia, baik dari sisi prestasi, pemasalan, juga manfaat. Sejak berdiri, ASBWI memastikan bahwa langkah – langkah untuk mencapai target tersebut ditempuh dengan cara – cara positif, yang mengedepankan prinsip Sepakbola.
Tapi, apa saja yang sudah dilakukan oleh ASBWI? Bagaimana perkembangan Sepakbola Wanita Indonesia di tanah air? Apa benar, targetnya tercapai? di tengah gempuran prestasi negara – negara saingan apakah masih optimis dengan target yang diberikan?
ASBWI melalui rencana strategis nya yang dapat di lihat di website nya (asbwi.com) menjabarkan 4 (empat) pilar untuk menopang program pencapain target tersebut. Rencana Strategis tersebut juga di dipastikan telah di selaraskan dengan target federasinya, yakni PSSI.
Di periode pertamanya (2017 – 2021), ASBWI berfokus pada perubahan image sepakbola wanita. Menurut ASBWI, solusi untuk mengatasi tantangan yang ada di sepakbola wanita, tidak bisa di selesaikan secara parsial, satu persatu. Karena, permasalahan tersebut saling terkait. Misalnya, di area budaya, sepakbola wanita cenderung dinilai tabu untuk dilakukan oleh anak – anak perempuan, kemudian di area biologis wanita bermain sepakbola masih dipercaya oleh sebagian dapat merusak organ tubuh dan kodrat wanita. Ini pun kemudian membuat angka partisipasi perempuan di olahraga ini menjadi kecil, karena angka partisipasi nya yang kecil maka, aspek keuangan pun menjadi sulit untuk dijangkau, kalau seperti itu rasanya mustahil untuk bicara dukungan pemerintah, dan masyarakat apalagi bicara tentang prestasi. Padahal, sepakbola itu sendiri terbukti efektif merupakan alat integrasi sosial dan inklusi, sepakbola bukan milik suatu golongan, tapi milik rakyat.
Oleh karenanya, ASBWI memastikan program pertama yang mereka usung adalah program perubahan image, citra wanita di sepakbola dan sepakbola wanita sebagai olahraga itu sendiri diolah sedemikian rupa, hingga terlihat menarik. ASBWI menggunakan atlit wanitanya yang berprestasi, yang berperan sebagai ‘wajah’ bagi olahraga ini, tampil di berbagai kegiatan sepakbola – termasuk sepakbola pria, wajah ini menjadi magnet bagi masyarakat untuk menyadari bahwa wanita ada di sepakbola, dan sepakbola wanita hadir di tengah masyarakat. Selain itu, dengan sosialiasi positif di sosial media, opini mengenai ketabuan nya wanita berada di sepakbola gencar dilakukan.
Hasilnya? dalam waktu 4 tahun, ASBWI telah berhasil memiliki perwakilan di 36 provinsi, dan memiliki lebih dari 200 klub sepakbola wanita di seluruh Indonesia.
Menurut Ketua Umum ASBWI, H Nadalsyah, ini belumlah hasil dari pencapaian target, namun ini adalah proses menuju target itu sendiri,
“ASBWI tidak pernah merasa puas akan pencapaian. Kita ingin, wanita tidak lagi takut memiliki identitas sebagai pemain sepakbola, kita juga ingin masyarakat semakin mencintai sepakbola wanita. Sepakbola wanita bukan hanya olahraga, tapi juga simbol kesetaraan wanita untuk kesempatan berprestasi, juga berkarir.” Ujar H. Nadalsyah.
Kesetaraan Wanita ini juga dijunjung oleh ASBWI melalui berbagai program bertema pendidikan, workshop, talkshow, dan sebagainya. Kegiatannya menyusur ke anak – anak SMP hingga SMA. Karena, menurut ASBWI usia tersebut adalah usia penting untuk pembentukan karakter diri dan penentuan arah masa depan. Kedepannya, ASBWI akan memastikan kesempatan berkompetisi dapat secara masif ada di berbagai daerah.
“Selain itu, pembentukan karakter juga menjadi target program ASBWI. Kita memiliki program – program bertema edukasi yang di khususkan untuk anak – anak usia SMP dan SMA. Harapannya, mereka kegiatan ini dapat bermanfaat dan memberikan input positif bagi mereka untuk lebih berprestasi.” Tambah H. Nadalsyah, Ketua Umum ASBWI yang memiliki pembawaan low profile dan tidak banyak bicara, namun dikenal memiliki sepak terjang kinerja yang baik di setiap bidang yang ia geluti.
“ASBWI juga berkomitmen untuk semakin mengedepankan program kerja di tahun mendatang. Semoga usia yang ke 8 ini menjadi simbol, bagi tidak ada lagi diskriminasi bagi wanita di Sepakbola, yang ada hanyalah terbukanya kesempatan yang semakin lebar, tentunya dengan dukungan dan kerjasama dengan segenap stakeholder Sepakbola Wanita, baik PSSI, anggota ASBWI, juga berbagai unsur di provinsi dan tidak ketinggalan Pemerintah.” Tutup H. Nadalsyah