Asa Intan Nuraini Bangun Sepak Bola Wanita di Ibukota

Intan Nuraini / Dok. ASBWI
ASBWI – Intan Nuraini, merupakan salah satu wanita yang menjadi pelatih sepak bola di Indonesia. Wanita kelahiran Bogor, 17 April 1993 itu terjun di sepak bola sejak usianya menginjak belasan tahun. Intan bercerita mengenai awal ketertarikan dirinya untuk bermain sepak bola. Apalagi orang tua Intan tidak setuju karena Intan adalah seorang wanita.
Usaha Intan untuk meyakini orang tuanya adalah dengan cara mengikuti turnamen di tingkat sekolah dan akhirnya Intan bisa berprestasi lewat sepak bola. Lambat laun orang tua Intan mendukung dirinya untuk berkarir di sepak bola.
“Karena saya senang sama olahraga terus dapat di sepak bola dan akhirnya jadi passion sampe sekarang. Awalnya orang tua saya tidak mendukung karena mereka daftarin saya ke bulu tangkis, tapi saya cuma kuat satu bulan habis itu balik lagi ke sepak bola,”ungkap Intan Nuraini.
Karir Intan Nuraini di sepak bola cukup baik. Ia pernah menjadi pemain Timnas Wanita dan membela Persija Putri di Liga 1 Putri tahun 2019. Saat ini, Intan Nuraini menjadi bagian dari tim pelatih PON DKI Jakarta. Target emas pun dipasang untuk menghadapi PON XXI Aceh-Sumatera Utara 2024. Ia juga bercerita awalnya menjadi pelatih karena mendapatkan dorongan dari Yopie Riwoe, mantan asisten pelatih Timnas Wanita Indonesia.
“Inspirasi saya dalam melatih, kalo di luar negeri ada Sarina Wiegman. Kalau di dalam negeri, saya ikutin panutan saya yaitu coach Yopie Riwoe dari mulai gayanya, cara dia kasih intruksi ke pemain dan semuanya karena dari awal memang coach Yopie yang mendorong saya untuk menjadi pelatih,” tutur Intan Nuraini.

Ketika ditanya soal karir pelatih kedepannya, Intan menjawab dengan tegas dirinya siap jika ada tim Liga 1 Putri yang membutuhkan jasanya. Intan Nuraini juga siap memberikan yang terbaik untuk sepak bola wanita.
Selain target untuk tim PON DKI Jakarta, Intan juga memiliki target pribadi yaitu ingin adanya regenerasi di dalam tim DKI Jakarta serta semakin banyak wanita main sepak bola baik itu di DKI Jakarta ataupun daerah lainnya di Indonesia.
Untuk mewujudkan target tersebut, Intan Nuraini memiliki beberapa tantangan dalam melatih wanita di sepak bola. Mulai dari wanita yang memiliki karakter moody ketika sedang menstruasi, hingga orang tua pemain yang belum bisa percaya untuk berkarir di sepak bola.
“Saya coba bantu jelaskan, bahwa sepak bola bisa memudahkan kita untuk meraih beasiswa pendidikan. Ikut kompetisi lalu dapat sertifikat serta penghargaan itu bisa diberikan ke sekolah karena kita berprestasi. Pelan-pelan akhrinya orang tua bisa ajak anaknya untuk ke lapangan,” ujar Intan Nuraini.
“Harapannya, semakin banyak yang sayang sama sepak bola wanita dan juga makin banyak yang peduli untuk sepak bola wanita supaya sepak bola wanita Indonesia bisa maju,”tambah Intan Nuraini.
Sementara itu, mengenai banyaknya pelatih wanita, Ketua Umum ASBWI, H. Nadalsyah mendukung para wanita untuk melebarkan sayapnya di industri sepak bola. Hal tersebut sejalan dengan program ASBWI yang menginginkan banyaknya SDM wanita yang profesional di sepak bola. Adanya kegiatan Workshop Career & Coaching Clinic, memudahkan ASBWI memberikan penjelasan terkait karir yang bisa wanita geluti di sepak bola selain menjadi pemain dan pelatih.
“Saya sangat mendukung wanita untuk melebarkan sayapnya di industri sepak bola. Banyak sekali pelatih-pelatih wanita yang berkualitas di Indonesia. Saya apresiasi semangat mereka dalam membangun sepak bola wanita. Terima kasih dan mari kita terus berjuang demi kemajuan sepak bola wanita Indonesia,” ungkap H. Nadalsyah, Ketua Umum ASBWI.