Site icon

Adel: Wasit Wanita Harus Sejajar dengan Pria

Bandung – Tak dipungkiri, wasit sepakbola wanita di Tanah Air terbilang masih sedikit karena berbagai faktor. Salah satunya, mereka kurang mendapat kepercayaan memimpin sebuah laga besar. Tapi hal ini tak menyurutkan semangat Deliana Iman, untuk menjadi wasit sepakbola putri.

Ia menceritakan bagaimana bisa menjadi wasit sepak bola. “Saya tertarik karena ibu saya yang menjadi pengawas pertandingan futsal nasional. Saya ambil Lisensi C3 pada 2015, lalu C2 [ada 2016, dan C1 pada 2020. Kalau wasit futsal Level 3 pada 2016, Level 2 pada 2017, dan Level 3 pada 2018. Tapi saya sekarang mau fokus di wasit sepak bola,” katanya.

Meski telah mengantongi berbagai lisensi wasit, Adel (begitu ia akrab disapa), belum bisa mempraktekkan sepenuhnya. Pandemi virus Corona keburu mengganggu jalannya roda kompetisi sepak bola. Pada Desember 2021, putri kedua dari 4 bersaudara ini mulai masuk lapangan dengan memimpin pertandingan Piala Suratin U13, lalu U17, dan Piala Pertiwi regional Jawa Barat.

Tentu saja, penugasan yang paling berkesan sebagai wasit adalah ketika Adel diberi kepercayaan menjadi wasit Piala Pertiwi putaran nasional yang berlangsung di Bandung. “Pertandingan pertama memimpin laga NTT melawan Banten,” imbuhnya seraya tersenyum bangga.

Deliana Iman (Adel), penugasan paling berkesan di Piala Pertiwi.

Ada kebiasaan mojang kelahiran Cianjur ini sebelum masuk lapangan. Ia selalu berdoa agar diberi kelancaran dan adil dalam memimpin pertandingan. Tampaknya sepele, tapi sangat berarti bagi dia.

“Setelah masuk lapangan lalu berdoa, itu bisa menumbuhkan rasa percaya diri. Tujuannya agar saya bisa mengawal jalannya pertandingan agar enak ditonton dan kedua tim bisa menerima keputusan wasit. Intinya, memberikan tontonan yang menarik,” tandas Adel.

Terkait pertanyaan kenapa jumlah wasit wanita masih sedikit? Adel menilai, jumlah pertandingan yang dipimpin wasit perempuan pun masih kurang. Padahal dari segi kemampuan, wasit wanita tak kalah hebatnya dengan pria.

“Bukan SDM-nya yang kurang, tapi pertandingannya yang kurang. Jadi sarana berlatih dan prakteknya yang agak kurang di Indonesia. Wasit pria lebih dipercaya,” terang mahasiswi tingkat akhir program S2 di Sport Beijing University (Cina) jurusan sport science ini.

Terakhir, Adel berharap agar jangan ada diskriminasi terhadap wasit perempuan. Menurutnya, regulasi yang dipakai dan soal tanggung jawab, tak berbeda dengan wasit pria.

“Wasit wanita harus maju, tapi memang butuh waktu. Semoga bisa disetarakan, bisa memimpin Liga 1. Setara juga dalam segi kemakmuran,” ucapnya menutup pembicaraan. (RN)

Exit mobile version